Arsip untuk Mei, 2015

Terima kasih karena telah memberitahu.

Terima kasih karena masih mempertimbangkan.

Terima kasih pula atas semua pelajaran yg telah diajarkan.

Maaf jika kemampuan hanya bisa bertahan.

Maaf jika tekad tidak sekuat yg diharapkan.

Maaf jika mimpi tidak bisa seiring sejalan.

Tidak perlu memusingkan apa yg sudah menjadi kemarin.

Tidak perlu merasa tidak enak dg apa yg dijalani.

Pun tidak perlu khawatir dg esok yg masih blm datang.

Hidup akan tetap berjalan, dg siap atau tidaknya qt.

Hidup pasti berjalan dg ada atau tidak adanya qt.

Aku juga akan memberitahumu.

Aku baik-baik saja.

Aku masih bisa melanjutkan hidup.

Tidak perlu dicemaskan.

Tidak perlu dikhawatirkan.

Hidupku masih bahagia meski percikan api sering datang.

Hidupku akan tetap bahagia karena aku memilih untuk bahagia.

Aku tahu dan aku yakin akan kebahagiaan.

Membenci bukan hanya perkara maaf terucap atau tidak.

Meminta maaf bukan sesederhana spt yg terucap.

Hidup dengan perasaan ketidakadilan hanya akan menghancurkan diri.

Justru dg melepaskan , hati berhak mendapatkan kedamaian.

Justru dg melepaskan, hati belajar namanya ikhlas.

Karena daun yg jatuh tak pernah membenci angin yg telah membuatnya terbang. Ia percaya angin takdir telah berlaku.

Ia yakin yg meluruh akan membuatnya menguat. Janji Allah itu pasti.

LwLg 20052015

Mi, komodo itu apa sih?

Posted: Mei 19, 2015 in Uncategorized

Beberapa waktu yang lalu, kejadian ini dialami sendiri oleh teman saya. Maaf, bukan bearti saya ingin meremehkan atau malah meng’underestimate’ temen saya atau bagaimana, tolong jangan diliat seperti itu, saya hanya ingin mengambil hikmah dari apa yg dialami oleh teman saya, dan semoga pembaca pun jg bisa melihat dr posisi spt itu pula.

Jadi,beberapa waktu lalu, teman saya ini menanyakan pd saya, “Mba, komodo itu apa sih?”.  “Eh, emg knp nanyain itu?”. Dia pun bercerita, bahwa anaknya yg pertama, yg sedang duduk di bangku SD kelas 1, sedang belajar ttg pelajaran sekolah. Tiba-tiba, ia bertanya pada ibunya, “Mi, komodo itu apa sih?”. Ibunya yg ditanya sebenarnya kebingungan, dengan tidak yakin ia pun menjawab, “Nggak tau de, coba tanya ke bu guru di sekolah.”

Bukan komodo yg ingin saya jelaskan disini. Bukan. Mungkin sepele bagi sebagian orang, tinggal buka ‘mbah google’ semua pertanyaan terjawab, tapi saya melihat, bagaimana seorang ibu itu harus pintar, harus bisa berkembang, harus bisa kreatif agar bisa mendidik secara optimal anak-anaknya. Maka benarlah bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Saat anak mulai mencoba mengenal dunia, disitu peran orang terdekatnya lah yg membantu si anak. Membantu mendampinginya untuk mengenali dunia bukanlah kesempatan yg bisa diabaikan, dia hanya punya masa kecil sekali, masa pengenalan dg dunia sekali, jika qt melewatkannya, maka sudah tidak ada lagi kesempatan kedua.

Lalu, jika setiap pertanyaan si anak qt jawab lewat bantuan ‘mbah google’, bukankah pd nantinya si anak pun juga bisa bertanya sendiri pd ‘mbah google’ tanpa bantuan qt. Apa qt mau peran qt dalam proses pengenalan anak dg dunia digantikan oleh perangkat canggih ciptaan manusia sndri.

Anak adalah amanah orang tua. Kewajiban orang tua lah untuk membimbing dan mendidik. Saat di akhirat kelak pun, orang tua lah yg dimintai pertanggungjawaban, bukan orang lain, apalagi gadget. Gadget nggak bisa lah dimintai tanggung jawab ttg anak.

Jadi, mulai memproses diri untuk menyiapkan amunisi, agar nanti saat anak qt mulai kritis, qt mampu menjawab pertanyaannya dg lebih santun. Kalau untuk menjelaskan hal yg mudah saja qt kesusahan, bagaimana qt akan menjelaskan konsep Allah? Apalagi anak jaman sekarang sudah jauh lebih cerdas, yg tidak hanya bisa menerima konsep boleh dan tidak boleh..  so, mari mulai belajar! 🙂