Posts Tagged ‘tata cara merujuk’

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Seorang ibu hamil dapat dikategorikan enemia berat jika Hb < 7 gr%.

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit

3. Malabsorpsi

4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

 

GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

 

KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:

  1. Anemia Defisiensi Besi

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a.   Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b.   Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).

 

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1.   Hb 11 gr% : Tidak anemia

2.   Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3.   Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4.   Hb < 7 gr% : Anemia berat

 

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

 

  1. Anemia Megaloblastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.

Pengobatannya:

a.   Asam folik 15 – 30 mg per hari

b.   Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c.   Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d.   Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.

 

  1. Anemia Hipoplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

 

  1. Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

 

EFEK ANEMIA PADA PERSALINAN

Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Untuk itu tindakan bidan dalam menghadapi persalinan dengan pasien anemia berat  adalah merujuk dan meminta anggota keluarga membawa donor minimal  2 orang untuk persiapan jika diberikan tranfusi darah.

 

Alasan merujuk lainya:

1.   Gangguan his kekuatan mengejan

2.   Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar

3.   Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.

4.   Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH karena Atonnia Uteri

5.   Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder dan Atonia Uteri (Ilmu Kebidanan; Kandungan dan Keluarga Berencana; 1998)

 

 

Pengaruh – pengaruhnya terhadap janin diantaranya :

a.   Abortus

b.   Kematian Interauterin

c.   Persalinan Prematuritas tinggi

d.   BBLR

e.   Kelahiran dengan anemia

f.    Terjadi cacat kongenital

g.   Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian

h.   Intelegensi yang rendah ( Ilmu Kebidanan 1994 )

 

Pengaruh terhadap ibu pasca persalinan :

1.   Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan ( atonia uteri )

2.   Memudahkan infeksi Puerpurium

3.   Berkurangnya pengeluaran ASI

4.   Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin

5.   Memudahkan terjadi Infeksi mamae

6.   Terjadinya Anemia kala nifas

7.   Retensio placenta

8.   Perlikaan sukar sembuh

9.   Mudah terjadi febris puerpuralis

 

 

 

Penatalaksanaan Ibu bersalin dengan anemia berat

  1. Pasang infuse RL 20 tetes/menit
  2. Pemberian Oksigen 3 liter/jam
  3. Hal-hal yang dipersiapkan :

Bidan

Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

 

Alat

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.

 

Keluarga

Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.

 

Surat

Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.

 

Obat

Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.

 

Kendaraan

Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.

 

Uang

Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan

 

Donor darah

Siapkan donor minimal 2 orang sesuai dengan golongan darah ibu untuk persiapan jika diperlukan tranfusi darah.

  1. A. Alasan Merujuk Tali Pusat Menumbung

Tali pusat menumbung tidak membahayakan si ibu dan tidak menyulitkan dalam persalinan, namun mengancam bagi janin. Harapan untuk bayi tergantung pada derajat dan lamanya kompresi tali pusat dan interval antara diagnosis dan kelahiran bayi. Oleh karena itu pada kasus tali pusat menumbung harus secepatnya ditangani sebelum membahayakan nyawa janin. Sebaiknya bidan harus dapat memberikan pertolongan pertama pada kasus tali pusat menumbung sebelum merujuk ke rumah sakit, untuk menghindari kematian janin. Pada kasus tali pusat menumbung ini bidan harus segera merujuk ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, karena membutuhkan penanganan emergency dan kasus ini tidak termasuk dalam wewenang bidan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nasib janin :

  1. Semakin baik keadaan janin pada waktu diagnosis dibuat, semakin besar harapan hidupnya. Tali pusat yang berdenyut keras menurunkan gejala yang baik, sebaliknya tali pusat yang berdenyut lemah berarti tidak baik.
  2. Semakin cepat bayi dilahirkan setelah tali pusat turun ke bawah, semakin baik hasilnya. Penurunan > 30 menit memperbesar kematian janin 4 x.
  3. Janin yang lebih tua umur kehamilannya lebih besar pula kemampuannya bertahan terhadap proses-proses traumatic.
  4. Semakin kurang trauma pada kelahiran bayi, semakin baik prognosis untuk ibu dan anak.
  5. Pembukaan serviks mungkin merupakan faktor yang terpenting. Jika pembukaan sudah lengkap pada waktu diagnosis dibuat maka akan banyak bayi yang dapat diselamatkan. Semakin kecil pembukaan prognosisnya semakin jelek. Perkecualian untuk ini adalah jika dapat dilakukan section caesarea dengan segera, dalam hal mana prognosisnya sama baik atau lebih baik pada pembukaan serviks yang masih kecil.
  6. Kematian janin bertambah dengan semakin panjangnya interval antara pecahnya ketuban dan kelahiran bayi.

  1. B. Cara Merujuk pada Persalinan Kala I dengan Tali Pusat Menumbung

a)      Tali Pusat Masih Berdenyut

  1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
  2. Segera menyiapkan rujukan serta mengantar ibu ke tempat rujukan dengan membawa tabung oksigen, set partus, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi jika tiba-tiba bayi lahir di jalan.
  3. Ketika dalam perjalanan merujuk, bidan memberi ibu oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal.
  4. Mengatur posisi ibu tredelenburg.
  5. Dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi masukkan tangan ke dalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
  6. Tangan bidan yang lain menahan bagian terendah suprapubis dan evaluasi keberhasilan reposisi.
  7. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat di atas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap di atas abdomen sampai tiba di rumahsakit/tempat rujukan dan mendapatkan penanganan di tempat rujukan.
  8. Jika tempat rujukan saangat jauh dan tersedia Salbutamol, berikan Salbutamol 0,5 mg I.V secara perlahan untuk mengurangi kontraksi rahim.

b)      Tali Pusat Tidak Berdenyut

Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan keadaan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling kepada ibu dan keluargannya tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan pervaginam.

  1. Prinsip Dasar
  1. Bila proses fertilisasi menghasilkan janin lebih dari satu maka kehamilan tersebut disebut dengan kehamilan ganda. Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik atau keturunan, umur dan paritas, ras atau suku bangsa dan obat pemicu ovulasi. Kehamilan ganda termasuk dalam kategori risiko tinggi dalam kehamilan dan persalinan.
  2. Terdapat dua jenis kehamilan ganda :
  • hamil ganda monozigotik (satu telur, identik)
  • hamil ganda dizigotik (dua telur, fraternal)
  1. Penilaian klinik

Penilaian klinik selama kehamilan bertujuan untuk membuat diagnosis, mengenali hamil ganda secara dini dan melakukan upaya preventif terhadap penyulit.

  1. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan dugaan kehamilan ganda, yaitu :

  • Anamnesis

– perut lebih  buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan

– gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil

– uterus terasa lebih cepat membesar

– pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar

  • Inspeksi dan palpasi

– pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan lebih cepat tumbuh dari biasanya

– gerakan-gerakan janin terasa lebih sering

– bagian-bagian kecil teraba lebih banyak

– teraba ada 3 bagian besar janin

– teraba ada 2 ballotement

  • Auskultasi

Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau bila dihitung bersamaan, terdapat selisih 10

  • Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan USG

 

Pengaruh terhadap Ibu dan Janin

  1. Terhadap Ibu
  • Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya
  • Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
  • Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
  • Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat  edema dan varises pada tungkai dan vulva
  • Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak pertama lahir
  1. Terhadap Janin
  • Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar: 25% pada gemeli; 50% pada triplet; dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi premature akan tinggi.
  • Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.
  • Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin.

 

Penanganan dalam Kehamilan

  • Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan, pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1 x seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu)
  • Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari karena akan merangsang partus prematurus
  • Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa lebih ringan
  • Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah

 

 

PENDAHULUAN

Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh kelainan presentasi, posisi dan perkembangan janin intrauterin.

Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin dengan ukuran yang besar, janin dengan ukuran normal namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin tidak jarang menyebabkan gangguan proses persalinan.

 

UKURAN JANIN PADA DISPROPORSI FETOPELVIK

Pada edisi awal dari Williams Obstetrics, yang dimaksud dengan berat badan berlebihan pada janin adalah bila berat badan mencapai 5000 gram. Pada edisi ke 7 sampai ke 13 kriteria berat badan janin berlebih adalah 4500 gram.

Parkland Hospital : 2/3 neonatus yang dilahirkan perabdominal (SC) pasca persalinan ekstraksi forsep yang gagal memiliki berat badan 3700 gram.

Disproporsi fetopelvik bukan hanya disebabkan oleh berat badan janin yang besar, kelainan letak seperti posisio oksipitalis posterior, presentasi muka , presentasi dahi juga dapat menyebabkan hambatan persalinan.

Penilaian Ukuran Kepala Janin

Upaya untuk meramalkan adanya Disproporsi Fetopelvik – FPD secara klinis dan radiologis atas dasar ukuran kepala janin tidak memberi hasil memuaskan. Thorp dkk (1993) melakukan evaluasi terhadap maneuver Mueller- Hillis dan menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara distosia dengan kegagalan desensus kepala janin. Ferguson dkk ( 1998) menyatakan bahwa sensitivitas dalam meramalkan adanya CPD dengan menggunakan index fetopelvic ( yang dikemukakan oleh Thurnau dkk 1991) sangat kurang.

Sampai saat ini tidak ada metode terbaik untuk meramalkan secara akurat adanya FPD berdasarkan ukuran kepala janin.

 

PRESENTASI MUKA

 

Merupakan kelainan deflkeksi kepala. Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian maka yang merupakan bagian terendah janin adalah mentum.

Dalam kaitannya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi dengan mento anterior atau mento posterior. Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior, proses persalinan pervaginam terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi.

 

Presentasi Muka

Mentoposterior, dagu berada dibagian posterior. Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung bila dagu berputar ke anterior. Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala per vaginam masih dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi muka dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut.

Pemeriksaan Radiologis pada presentasi muka

Diagnosis:

Diagnosa presentasi muka ditegakkan melalui pemeriksaan VT dengan meraba adanya mulut – hidung – tulang rahang atas dan “orbital ridges”. Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus dan tuber-ischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas. Pemeriksaan radiologis dapat menampakkan gambaran hiperekstensi kepala yang jelas dan tulang muka diatas pintu atas panggul.

Etiologi

Dapat dibagi dalam 2 golongan :

  1. Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat diperbaiki seperti :
  1. Strauma congenitalis.
  2. Kelainan tulang leher.
  3. Lilitan tali pusat yang banyak.
  4. Meningocele.
  5. Anenchepal.
  1. Letak muka sekunder yang dapat diperbaiki, anak normal :
  1. Panggul picak.
  2. Anak besar.
  3. Dinding perut kendor, hingga rahim jatuh ke depan.
  4. Bagian-bagian yang menumbung.
  5. Hydramnion.

 

Mekanisme persalinan pada presentasi muka:

Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas Pintu Atas Panggul. Umumnya keadaan diawali dengan presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah menjadi presentasi muka .

Mekanisme persalinan terdiri dari densensus – putar paksi dalam – fleksi – ekstensi dan putar paksi luar. Mekanisme persalinan pada presentasi muka mentoposterior. Terjadi putar paksi dalam sehingga dagu berputar keanterior dan lahir pervaginam

Tujuan Putar Paksi Dalam adalah agar dagu berada dibelakang simfisis pubis oleh karena hanya pada posisi ini kepala janin dapat melewati perineum melalui gerakan fleksi. Setelah Putar Paksi Dalam dagu kedepan selesai dan tahapan desensus berikutnya berlangsung, maka dagu dan mulut nampak di vulva dan persalinan kepala berlangsung melalui gerakan fleksi. Setelah kepala lahir, oksiput akan mendekati anus dan dagu berputar seperti saat memasuki Pintu Atas Panggul. Persalinan bahu berlangsung seperti pada presentasi belakang kepala.

Pada presentasi muka, edema akan merubah bentuk wajah anak. Molase juga terjadi dan menyebabkan bertambah panjangnya diameter occipitomentalis.

Prognosa :

Letak muka dapat lahir spontan. Pada umumnya partus lebih lama, yang meningkatkan angka kematian janin. Kemungkinan rupture perineum lebih besar.

Penatalaksanaan:

Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung secara normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung dengan wajar. Observasi Detik Jantung Janin dilakukan dengan monitor eksternal.

Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan. Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala , pemutaran posisi dagu posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi tidak boleh dikerjakan pada masa obstetri modern.

 

PRESENTASI DAHI

Merupakan kelainan letak defleksi dan presentasi yang sangat jarang. Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP teraba orbital ridge dan ubun-ubun besar.

Presentasi dahi

Kepala berada diantara posisi fleksi sempurna dengan ekstensi sempurna. Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas, engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin terjadi.

 

Diagnosis

Presentasi dapat dikenali melalui pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu atau oksiput dapat diraba dengan mudah. Diagnosa dipastikan dengan VT dan teraba sutura frontalis – ubun-ubun besar – orbital ridges – mata atau pangkal hidung.

Etiologi

Etiologi sama dengan penyebab presentasi muka. Dalam kehamilan letak dahi jarang dapat diketahui karena dengan palpasi saja mungkin hanya bias kita curigai letak defleksi apabila :

  1. Tonjolan kepala teraba pada letak punggung anak (bertentangan dengan bagoan-bagian kecil).
  2. Kalau bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil janin sepihak.

Kalau atas penemuan tersebut dibuat foto rontgen maka dapat ditentukan letak dahi atau muka. Biasanya letak dahi baru dapat di diagnose waktu persalinan kalau pembukaan sudah cukup besar ; maka teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita dan pangkal hidung.

Presentasi dahi sering merupakan keadaan “temporer” dan dalam perjalanan persalinan selanjutnya dapat berubah secara spontan menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.

 

Mekanisme persalinan

Pada janin yang sangat kecil kecil atau panggul yang luas persalinan pervaginam biasanya berlangsung dengan mudah. Pada janin aterm dengan ukuran normal, persalinan pervaginam sulit berlangsung oleh karena engagemen tidak dapat terjadi sampai terjadinya molase hebat yang memperpendek diamater occipitomentalis atau sampai terjadinya fleksi sempurna atau ekstensi maksimum menjadi presentasi muka.

Persalinan pervaginam pada presentasi dahi yang persisten dapat berlangsung bila terdapat molase berlebihan sehingga bentuk kepala berubah. Molase berlebihan akan menyebabkan caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi sulit.

Pada presentasi dahi yang transien, progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila tetap pada presentasi dahi, prognosis persalinan pervaginam sangat buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat luas.

Prinsip penatalaksanaan sama dengan pada presentasi muka

 

LETAK LINTANG

 

Sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu.

Kadang-kadang sudut yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang sering bersifat sementara oleh karena akan berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong (“unstable lie”)

Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala berada pada fossa iliaca. Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau kanan dan dorso-anterior atau dorso-posterior . Angka kejadian 1 : 300 persalinan tunggal (0.3%)

Diagnosis

Diagnosa biasanya mudah dan kadang-kadang hanya melalui inspeksi dimana abdomen terlihat melebar dengan fundus uteri sedikit diatas umbilikus. Tidak ada kutub janin yang teraba dibagian fundus dan kepala teraba di fossa iliaca.

Pada dorso-posterior, teraba bagian kecil pada palpasi dinding abdomen. VT pada persalinan dini dapat meraba tulang rusuk, bila pembukaan servik sudah bertambah maka dapat teraba skapula dan klavikula. Arah penutupan aksila menunjukkan arah bahu dan lokasi kepala.

Pada persalinan lanjut, bahu terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali disertai prolapsus lengan dan keadaan ini disebut letak lintang kasep – neglected transverse lie.

  1. Etiologi
  2. Grandemultipara akibat dinding abdomen yang kendor
  3. Janin Preterm
  4. Plasenta previa
  5. Kelainan anatomis uterus
  6. Hidramnion
  7. Panggul sempit

Wanita yang sudah mengalami persalinan > 4 kali dengan bayi aterm memiliki kemungkinan mengalami kehamilan dengan presentasi lintang 10 kali lipat nulipara. Kekendoran otot abdomen yang mengakibatkan perut gantung (“pendulous abdomen”) dapat menyebabkan uterus jatuh kedepan sehingga sumbu panjang janin menjauh dari sumbu jalan lahir.

Letak plasenta pada Segmen Bawah Rahim dan kesempitan panggul dapat menyebabkan gangguan akomodasi bagian terendah janin sehinga terjadi letak lintang.

Mekanisme persalinan

Persalinan spontan pervaginam pada janin aterm normal dengan presentasi lintang tidak mungkin berlangsung. Setelah selaput ketuban pecah, lengan janin memasuki panggul dan menyebabkan prolapsus lengan.

Kontraksi uterus selanjutnya akan menyebabkan bahu masuk kedalam SBR dan menyebabkan regangan SBR berlebihan yang dapat berakhir dengan ruptura uterus (“neglected transverse lie”)

Bila janin kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul cukup luas, persalinan pervaginam dapat berlangsung bila his yang cukup kuat untuk melipat tubuh janin agar melewati PAP dan persalinan berlangsung dengan mekanisme conduplicatio corporae.

Penatalaksanaan

Presentasi lintang pada awal persalinan adalah indikasi untuk melakukan SC. Pada minggu ke 39 sebelum persalinan atau pada awal persalinan, bila selaput ketuban masih utuh dapat dilakukan tindakan versi luar pada presentasi lintang tanpa disertai komplikasi lain.

Pada saat melakukan SC, akibat terperangkapnya tubuh janin dalam SBR maka insisi uterus lebih baik dilakukan secara vertikal.

Terdapat lingkaran muskular (pathological retraction ring-Bandl” ) diatas SBR yang sudah sangat menipis. Tekanan His disebarkan secara sentripetal pada dan diatas lingkaran retraksi patologis sehingga regangan terus bertambah dan menyebabkan robekan pada SBR.

 

 

PRESENTASI RANGKAP

Prolapsus lengan disamping bagian terendah janin.

Angka kejadian dan Etiologi:

Angka kejadian 1 : 700 persalinan

Keadaan ini disebabkan oleh hambatan penutupan PAP oleh kepala janin secara sempurna antara lain seperti yang terjadi pada persalinan preterm.

Prognosis dan Penatalaksanaan

Angka kematian perinatal meningkat sebagai konsekuensi dari persalinan preterm, prolapsus talipusat dan prosedur obstetrik yang traumatik. Pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang mengganggu jalannya persalinan dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi mengganggu jalannya persalinan.

Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan menurunkan kepala kedalam jalan lahir secara bersamaan. Tebes dkk (1999) melaporkan adanya janin yang mengalami nekrosis iskemik pada tangan yang selanjutnya sampai memerlukan amputasi.

LETAK SUNGSANG

Letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah ( presentasi bokong ).Kejadian 3 %.

Letak sungsang dibagi sebagai berikut :

  1. Letak bokong murni : presentasi bokong murni ( Frank breech ). Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan tungkai lurus ke atas.
  2. Letak bokong kaki : di samping bokong teraba kaki ( Complete breech ). Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau di samping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja
  3. Letak lutut ( presentasi lutut ) disebut Incomplete breech
  4. Letak kaki ( preentasi kaki ) disebut Incomplete breech

Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut dsebut letak kaki atau utut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.

Diagnosa : Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras ( kepala ) mendesak tulang iga. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian–bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas sympyshe teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.

Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Kalau pembukaan sudah besar maka pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera ossis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang meruncing dengan deretan processii spinosi ditengah-tengah tulang tersebut.

Antara 3 tonjolan tulang iga tadi dapat diraba anus dan genetalia anak, tapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan kalau oedema tidak terlalu besar.Terutama kalau caput succedaneum besar, bokong harus dibedakan dari muka karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera osiss ischi, dagu menyerupai ujung os sacrum sedangkan mulut disangka anus.Yang menentukan ialah bentuk os sacrum yang mempunyai deretan processi spinosi yang disebut crista sacralia media .

Mekanisme persalinan: Garis pangkal paha masuk serong ke dalam pintu atas panggul. Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dari otot-otot dasar panggul. Dengan demikian dapat terjadi laterofleksi badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan panggul.Pantat depan nampak terdahulu dalam vulva dan dengan trochanter depan sebagai hypomochilian dan laterofleksi dari badan lahirlah pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan kelahiran pantat depan.

Setelah bokong lahir terjadi rotasi luar sehingga punggung berputar sedikit ke depan dan supaya bahu dapat masuk dalam ukuran serong dari pintu atas panggul. Sesudah bahu turun terjadilah putaran paksi dari bahu sampai ukurang bisacromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul. Karena itu punggung berputar lagi ke samping.

Pada saat bahu akan lahir maka kepala dalam keadaan fleksi masuk dalam ukuran melintang pintu atas panggul. Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga kuduk terdapat di bawah symphyse dan dagu sebelah belakang. Berturut-turut lahir pada perineum : dagu, mulut, hidung, dahi dan belakang kepala.

Prognosa : prognosa bagi ibu letak sungsang tak banyak berbeda dengan prognosa pada letak kepala,mungkin rupture perinei lebih sering terjadi. Sebaliknya prognosa bagi anak dengan letak sungsang lebih buruk terutama kalau anaknya besar dan ibunya seorang primigravida.

Kematian anak 14 %. Kalau kematian karena prematuritas dikurangi maka kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian letak kepala.

Terapi : yang paling penting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengan versi luar. Bertentangan dengan pendapat yang dulu hendaknya versi luar sudah dicoba pada bulan ke 7.

Versi luar masih dapat diusahakan pada penderita in partu dengan syarat :

  1. Pembukaan kurang dari 3-4 cm
  2. Ketuban masih utuh
  3. Bokong anak masih bisa dibebaskan

Pimpinan persalinan : Letak sunsang biasanya lahir spontan, karena itu jangan terlalu lekas bertindak. Sikap konservatif dipertahankan sampai pusat lahir. Indikasi waktu setelah pembukaan lengkap, biasanya ebih pendek dibandingkan dengan letak kepala misalnya 2 jam setelh pembukaan lengkap anak sudah harus lahir.

Pertolongan persalinan dengan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut :

  1. Pertolongan pada kelahiran spontan
  2. Ekstraksii parsial atau manual aid
  3. Ekstraksii
  4. Sectio Caesarea

 

PENANGANAN KEHAMILAN DENGAN PRESENTASI BUKAN BELAKANG KEPALA MENURUT LOKASI ATAU TINGKAT PELAYANAN

 

Polindes

  1. Melakukan asuhan antenatal
  2. Menegakkan diagnosis secara klinis, jika ada keraguan dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan USG atau radioologi
  3. Merujuk pasien bila ada kelainan pada kehamilan
  4. Mencegah anemia dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan
  5. Merujuk pasien ke puskesmas bila pasien in partu

Puskesmas

1)      Melakukan asuhan antenatal

2)      Memastikan diagnosis kehamilan ganda

3)      Menolong persalinan pervaginam bila anak pertama dan kedua dengan presentasi kepala

4)      Merujuk ke rumah sakit bila presentasi anak kedua bukan presentasi kepala

Rumah Sakit

1)      Melakukan perawatan antenatal

2)      Melakukan pertolongan lengkap untuk persalinan pervaginan

3)      Melakukan tindakan bedah jika ada indikasi.

PRIMIPARA DALAM KALA I FASE AKTIF

PENURUNAN KEPALA 5/5

  1. Alasan Merujuk

Pada primipara dalam kala I fase aktif jika penurunan kepala janin dengan palpasi masih 5/5 maka ini merupakan suatu tanda bahaya dalam persalinan. Ada alasan yang mendasari mengapa jika ditemui keadaan ini, maka ibu hamil harus segera dirujuk.

Pada ibu multipara bisa terjadi penurunan kepala janin masuk ke panggul baru terjadi pada saat persalinan sedangkan seorang ibu primipara seharusnya pada usia kehamilan akhir (kurang lebih mulai 36 minggu) kepala janin sudah masuk panggul, hal ini ditandai dengan sudah sulitnya kepala janin (jika presentasi kepala) untuk digerakkan. Sedangkan penurunan kepala 5/5 berarti kepala janin masih di atas PAP, menunjukkan bahwa kepala belum masuk panggul. Keadaan tersebut dapat menjadikan partus lama atau bahkan partus macet;

Hal tersebut juga dapat lebih berbahaya karena dapat menyebabkan bandle ring, karena pembukaan serviks pada fase aktif juga sudah lebih dari 3 cm sedangkan tidak ada penurunan kepala. Jika hal ini terus berlanjut portio bisa robek bahkan rupture uteri atau uterusnya membelah.

Ada beberapa hal yang menyebabkan pada kala I fase aktif tersebut penurunan kepala janin masih pada 5/5, antara lain: jika bayi besar atau makrosomia, panggul ibu sempit atau DKP (Disproporsi Kepala Panggul), air ketuban belum pecah pada akhir fase aktif.

 

 

  1. Cara Merujuk

1. Perawatan Pendahuluan

  • Suntikan cortone acetate : 100-200 mg IM
  • Penicilin prokain : 1 juta UI IM
  • Streptomisin : 1 gr IM
  • Infus cairan: larutan garam fisiologis
  • Larutan glukose 5-10 % pada janin pertama : 1 L/jam
  • Istirahat 1 jam untuk observasi

2. Tindakan

  • Bila diagnosis CPD ditegakkkan, lakukan rujukan untuk pertolongan persalinan ibu dengan seksio sesaria.
  • Bila bayi mati lakukan kriniotomi dan embriotomi (bila tidak mungkin lakukan seksio sesaria).

DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit

pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit

(gawat janin)

  1. Pengertian Gawat Janin

Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 cukup, sehingga mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut. Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila :

  1. Persalinan berlangsung lama
  2. Induksi persalinan dengan oksitosin
  3. Ada perdarahan atau infeksi
  4. Insufisiensi plasenta : postterm , preeklamsi.
    Tanda-tanda gawat janin tersebut :

    1. Denyut Jantung Janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit.
    2. Air ketuban hijau kental.

DJJ ireguler dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa waktu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukkan adanya hipoksia.

DJJ lambat (kurang dari 100 per menit) saat tidak ada his, menunjukkan adanya gawat janin. dan DJJ cepat (lebih dari 180 per menit) yang disertai takhikardi ibu bisa karena ibu demam, efek obat, hipertensi, atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu normal, denyut jantung janin yang cepat sebaliknya dianggap sebagai tanda gawat janin.

 

  1. Alasan

Alasan merujuk pasien dengan DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit, yaitu:

  1. Terhadap Janin

Beresiko akan menimbulkan kematian  janin

  1. Terhadap Ibu

Beresiko akan menimbulkan

 

  1. Perawatan Selama Merujuk
    Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal-hal sebagai berikut:
  2. Pasien dibaringkan miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur. Hal ini dilakukan agar vena cafa inferior tidak tertekan oleh janin, sehingga pasokan oksigen ke bayi dapat terpenuhi.
  3. Pemberian oksigen 8-12 l/menit. Perubahan posisi dan pemberian O2 8-12 l/menit membantu mengurangi demam pada maternal dengan hidrasi anti piretik dan tindakan pendinginan.
    1. Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan infus oksitosin). Pasang infuse menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam.
    2. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai dengan kondisi ibu:
      1. Istirahat baring
      2. Banyak minum
      3. Kompres untuk menurunkan suhu tubuh ibu
      4. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
        1. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasma.
        2. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam) berikan anti biotik untuk amnionitis.
        3. Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina lakukan penanganan prolaps tali pusat.
        4. Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin (mekonium kental pada cairan amnion, rencanakan persalinan dengan kolaborasi atau merujuk).

Sesuai dengan standart pelayanan bidan diharapkan dapat mengambil bagian terbesar pada pertolongan persalinan normal dengan mempergunakan potograf WHO. Kewaspadaan dalam persalinan sudah dilakukan sejak semula(salah satunya pemantauan denyut jantung janin) sehingga setiap saat keadan ibu dan janin dapat diketahui dengan pasti. Puncak kewaspadaan dilaksanakan dengan melakukan rujukan penderita kepusat pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis waspada agar penderita diterima di pusat peleyanan dalam keadaan optimal. Bidan diharapkan dapat berkrjasama dengan tenaga kesehatan lain sehingga dapat mendeteksi secara dini keadaan pasien.

Dalam hal ini bidan harus berkolaborsi atau merujuk, karena upaya menyelesaikan pertolongan persalinan dengan intervensi kekuatan dari luar bukan tugas utama bidan, sehingga setiap persalinan yang diduga akan mengalami kesulitan sudah dirujuk ke pusat dengan fasilitas yang mencukupi. Sehingga dalam pertolongan pertamanya bidan perlu melakukan tindakan medis:

  1. Perubahan posisi lataran dan pemberian O2 8-12 l/menit membantu mengurangi demam pada maternal dengan hidrasi anti piretik dan tindakan pendinginan.
  2. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan yang sesuai dengan kondisi ibu:

a. Istirahat baring

b. Banyak minum

c. Kompres untuk menurunkan suhu tubuh ibu

  1. Ibu di miringkan kekiri
  2. Pemsantauan DJJ dengan rutin.
  3. Mengantar atau mendampingi pasien untuk  mendapatkan pertolongan lebh lanjut, sehingga dapat memberikan keterangan atau memberikan keterangan tertulis.
  4. Intervensi lainnya tidak perlu dilakukan sebab kemungkinan akan menambah bahaya ibu maupun janin dalam kandungan.

Demikianlah kewenangan bidan dalam menghadapi persalinan dengan DJJ<100 atau >180 sehingga mata rantai pelayanan dan pengayoman medis dapat lebih bermutu dan menyeluruh.

POLIHIDRAMNION

Pengertian :

Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml.

Secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :

  1. Produksi air ketuban bertambah
  2. Pengaliran air ketuban terganggu
  3. Predisposisi
  4. Penyakit jantung

Diagnosis :

  1. Anamnesis
  2. Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar.
  3. Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
  4. Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar
  5. Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya.
  6. Bagian-bagian janin sukar dikenali.
  7. Ultrasonografi

Alasan merujuk :

Jika dijumpai diagnosis polihidramnion, maka bidan harus segera membuat rencana asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

Pada Janin :

  1. Kelainan kongenital
  2. Prematuritas
  3. Letak lintang atau tali pusat menumbung
  4. Eritroblastosis
  5. Diabetes Melitus
  6. Solusio plasenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba

Ibu :

  1. Solusio plasenta
  2. Atonia uteri
  3. Perdarahan postpartum
  4. Retensio palsenta
  5. Syok
  6. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar

Alur Rujukan :

Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.

Tindakan Selama Rujukan :

  1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
  2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : bayi lahir premature, tali pusat menumbung, syok, dll.
  3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
  4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.

 

MAKROSOMIA

Pengertian :

Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram.

Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :

  1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan.
  2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi giant).
  3. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.

Tanda dan Gejala :

  1. Besar untuk usia gestasi
  2. Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion
  3. Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
  4. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)

Alasan merujuk :

Jika dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

  1. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial
  2. Distosia bahu
  3. Ruptur uteri
  4. Robekan perineum
  5. Fraktur anggota gerak

Alur Rujukan :

Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.

Tindakan Selama Rujukan :

  1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
  2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Resiko dari trauma lahir, distosia bahu, robekan perineum, dll.
  3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
  4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.

 

KEHAMILAN GANDA

Pengertian :

Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Diagnosis :

  1. Anamnesis
  2. Tanda dan gejala : ukuran TFU melebihi dari ukuran sebenarnya
  3. Pemeriksaan USG
  4. Pemeriksaan radiologi
  5. Teraba banyak bagian besar atau kecil saat dilakukan palpasi

Alasan merujuk :

Jika dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera membuat rencana asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

  1. Partus Prematurus
  2. Preeklampsi/eklampsi
  3. Anemia
  4. Malpresentasi
  5. Perdarahan pasca persalinan

Alur Rujukan :

Rujukan berasal dari bidan ke Rumah sakit yang mempunyai kapasitas memadai.

Tindakan Selama Rujukan :

  1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk menganganinya.
  2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Kelahiran premature, preeklampsi/eklampsi, anemia, malpresentasi, dll.
  3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.
  4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.
  1. Pengertian

Ketuban pecah dini yaitu keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu. (saifudin,2002)

Ketuban pacah lebih dari 24 jam yaitu pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm dan berlangsung lebih dari 24 jam. (mohtar,1998).

  1. Tanda dan gejala
    1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
    2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
    3. Bila Ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
    4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

 

  1. Alasan merujuk pasien dengan ketuban pecah dini yaitu karena ketuban pecah dini beresiko :
  2. Terhadap janin

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dulu terjadi ( amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi jika tidak dirujuk maka akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.

  1. Terhadap ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi peurpuralis (nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry-labour. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal-hal tersebut meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.

 

  1. Cara merujuk pasien dengan ketuban pecah dini:
    1. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud. Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik.
    2. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotik seperti penisilin prokain 1,2 juta IU intramuskular dan ampisilin 1 gr per oral. Bila pasien tidak tahan ampisilin, diberikan eritromisin 1 gr per oral.
    3. Bila keluarga pasien menolak dirujuk, pasien disuruh istirahat dalam posisi berbaring miring, diberikan antibiotik penisilin prokain 1,2 juta IU intramuskular tiap 12 jam dan ampisilin 1 gr per oral diikuti 500 gr tiap 6 jam atau eritromisin dengan dosis yang sama.